Info terbaru

Menag Tepis Minum Arak yg Disuguhkan di Kalbar

2017/08/07

Jakarta - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin membantah fitnah dia meminum arak saat meresmikan Sekolah Tinggi Agama Katolik (STAKat) Negeri Pontianak pada April 2017. Fitnah itu tersebar beberapa bulan lalu dan muncul kembali belakangan ini. 

Lukman lalu menjelaskan kejadian pada 6 April 2017 silam yang kemudian dihubungkan dengan minum arak. Saat itu, dia meresmikan STAKat Negeri Pontianak di Jalan Parit H Mukhsin, Sungai Raya, Kubu Raya. Usai disambut tarian adat Dayak, Lukman diminta memotong bambu yang melintag serta menginjak telur sebagai bagian dari prosesi adat sambut tamu kehormatan. 

"Setelah prosesi itu, saya disodori cawan berisi arak untuk diminum," kata Menag Lukman dalam pidatonya di hadapan Gubernur Kalbar Cornelis, dan beberapa kepala daerah. Hal itu disampaikan lewat siaran pers Kemenag, Senin (7/8/2017). 

Gubernur Cornelis lalu melarang Menag Lukman disuguhi arak. Cornelis kemudian menginstruksikan supaya minuman itu diganti air putih, namun waktunya tidak memungkinkan. 

"Pak Gubernur lalu bilang, tidak perlu dihidangkan ke saya. Namun karena penari yang menyuguhkan cawan itu bingung lantaran dicegah, saya spontan berbisik ke Pak Gubernur, bahwa tidak apa-apa. Ini kan hanya simbol saja untuk menghormati adat. Tapi tidak akan saya telan sedikit pun," jelas Menag.

Gubernur Cornelis tetap melarang karena khawatir gestur itu dipelintir dan jadi masalah. Menag Lukman kemudian mengapresiasi sikap Cornelis. 

"Jujur, saya mendapatkan pelajaran lagi. Saya menangkap suatu rasa dalam beragama," ujarnya.

Menag Lukman menganggap saran dari Gubernur Cornelis adalah benuk beragama dengan rasa. Dia menyebut itu sebagai toleransi yang sebenarnya. 

"Itulah toleransi sebenarnya atau toleransi sesungguhnya. Toleransi adalah kemauan dan kemampuan untuk menghormati dan menghargai perbedaan yang ada pada pihak lain. Banyak yang bicara toleransi, tapi lebih banyak menuntut untuk dihargai dan dihormati. Inginnya agar mereka yang berbeda di luar sana harus menghargai dan menghormati dirinya," ujarnya.

Dari peristiwa itu, Menag Lukman mendapat pelajaran bahwa beragama tidak cukup hanya dengan logika tapi juga rasa. "Mudah-mudahan kita sebagai umat beragama semakin berkualitas dalam menjalani agama dan keyakinan iman masing-masing," ungkapnya. 
 

back